Mungkin tidak akan ada nama yang lebih cocok untuk sebuah kapal selain Endurance.
Pada tahun 1914, kapal Endurance berangkat dari London, Inggris, dengan Ernest Shackleton di pucuk pimpinan dan satu misi: menjelajahi Antartika.
Setahun kemudian, kapal itu tenggelam di bongkahan es yang tebal, dan para awaknya, yang tidak pernah menyerah, semuanya mampu bertahan hidup dalam kondisi yang berbahaya.
Namun, Endurance tidak pernah sampai ke Antartika karena kapal terjebak dalam bongkahan es. Saat berupaya membebaskan kapal, Shackleton dan krunya terjebak di dalam es selama 10 bulan.
Akhirnya, 28 orang di dalamnya meninggalkan kapal mereka, melarikan diri dengan sekoci penyelamat dan berjalan kaki sampai mereka diselamatkan oleh kapal lain, benar-benar sesuai dengan nama kapal mereka, Endurance.
Namun, saat melarikan diri, kapten Endurance, Frank Worsley, menuliskan di mana kapalnya tenggelam, yang berperan dalam penemuan yang dilakukan lebih dari satu abad kemudian.
Sekarang, 107 tahun kemudian, kapal itu ditemukan hampir 10.000 kaki di bawah Laut Weddell di lepas pantai Antartika.
Para arkeolog tidak menemukan kapal itu, karena ekspedisi untuk menemukan kapal itu diluncurkan pada awal Februari, memulai pencarian mereka di dekat koordinat Worsley, menurut laporan New York Times dari bulan lalu.
“Ini adalah bangkai kapal yang paling sulit dijangkau,” kata Mensun Bound, seorang arkeolog kelautan dan direktur eksplorasi ekspedisi Endurance22 , kepada Times. “Yang menjadikan ini perburuan bangkai kapal terbesar sepanjang masa.”
Kapal tersebut telah menghabiskan lebih dari satu abad di kedalaman Laut Weddell, dan karena itu, kapal tersebut masih dalam kondisi cukup baik, menurut National Geographic .
Bound mengonfirmasi kepada NBC News bahwa kapal kayu itu “hampir utuh” saat timnya menemukannya, seraya menambahkan bahwa “keawetannya di luar imajinasi.”
“Indah sekali,” kata Bound. Ia menambahkan bahwa selama 30 tahun mencari bangkai kapal, ia “belum pernah melihat bangkai kapal seindah dan seberani ini.”
“Tidak ada yang bisa lebih baik lagi,” katanya.
Perjalanan Shackleton dimaksudkan sebagai penyeberangan darat pertama ke Antartika, tak lama setelah pecahnya Perang Dunia I. Sayangnya, meski Shackleton berhasil selamat dari kapal karamnya pada tahun 1915, ia akhirnya meninggal pada tahun 1922.
Namun kini, kisahnya diceritakan kembali saat kru mulai mendokumentasikan Endurance dalam tidurnya yang dingin.
Kapal tersebut kabarnya akan dilindungi sebagai Situs Bersejarah dan Monumen di bawah Perjanjian Antartika, yang berarti kapal tersebut tidak akan diganggu saat disurvei dan difilmkan.