Mengenai Ular Raksasa Nabau dan Tangkalaluk, Diyakini Suku Dayak sebagai Penjaga Pulau Kalimantan

JAKARTA, celebrities.id – Suku Dayak di pedalaman meyakini keberadaan ular raksasa Nabau dan Tangkalaluk. Ular raksasa ini diyakini sebagai penjaga hutan Kalimantan dan harus dihormati.

Seperti dilansir dari The Telegraf, Kamis (18/5/2023). konon, ular tersebut memiliki ukuran hingga 80 100 meter. Bagian kepalanya menyerupai naga dilengkapi tujuh lubang hidung. Mitos ular-ular legendaris bernuansa mistis ini. Bahkan pada tahun 2009 gambar yang diduga penampakan Nabau sempat mencuri perhatian media-media luar negeri.

Jika dilihat dari fisiknya, jelas ular yang satu ini memiliki ukuran yang besar dibanding hewan melata sejenis. Dikutip dari status Facebook Johan Michael Median Pasha, dirinya menuliskan bahwa ular tersebut bisa dibilang merupakan salah satu Anaconda-nya Indonesia.

Ya, ular besar asli tanah Kalimantan itu disebut sebagai Tangkalaluk dalam bahasa lokal setempat, atau phyton raja yang menjadi salah satu penguasa lebatnya belantara Borneo. Sosok ular tersebut juga termasuk sangat langka, dimana jarang ada orang yang bisa menemukan keberadaannya.

Seperti yang ditulis oleh Johan Michael Median Pasha dalam status Facebook-nya, ular tersebut menirukan suara rusa,orang utan atau suara burung untuk menarik perhatian mangsanya.

Dengan posisi kepala menjuntai ke bawah dan ekor terkait di atas pohon, menjadi cara bagi ular tersebut untuk menghabisi mangsanya. Sementara Orang Dayak sangat mempercayai tentang adanya Nabau ular raksasa berkepala seperti lembu atau kerbau itu.

Orang Kalimantan sendiri percaya Nabau mendiami Sungai Mahakam dan wilayah Kutai Kartanegara. Masyarakat percaya bahwa terdapat seekor ular naga raksasa yang menjaga sungai tersebut.

Konon katanya, saking besarnya ulat tersebut, disebutkan bahwa kepalanya ada di Kota Tenggarong dan ekornya sampai Kota Samarinda.

Sebagai wujud kepercayaan masyarakat tersebut, maka diadakanlah ritual peluncuran Naga Erau di Sungai Mahakam yang disisipkan sebagai salah satu bagian dari rangkaian upacara adat Erau di Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara.

 

Ular ini sendiri dikaitkan dengan legenda mengenai Ular naga Erau dan Putri Karang Melenu, dan untuk menghormati keberadaan ular tersebut. Orang Kalimanta kerap menggelar festival Erau bisa dilaksanakan kapan saja, tergantung kehendak Sultan.

Namun sejak 1970-an, Erau biasanya digelar pada bulan September karena juga sekaligus memeriahkan hari jadi Kota Tenggarong. Adapun sejak 2009, pelaksanaan Erau digeser menjadi bulan Juli bertepatan dengan musim liburan sekolah dan hal itu sesuai arahan Kementerian Pariwisata RI tahun 2009.

Artikel ini telah diterbitkan di SINDOnews.com dengan judul: Cara Suku Dayak Membuktikan Keberadaan Ular Raksasa Nabau dan Tangkalaluk . (Wahyu Budi Santoso)

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *